CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

pencarian artikel

”made

Selasa, 02 April 2013

otobiografi



EFI DAN SEMUA CERITANYA
A.      Kasih Sayang Keluarga
Panas terik matahari menyelimuti dunia, seiring berjalannya detak jarum jam berbunyi tepat siang hari yang panas aku telahir di dunia, dengan izin Allah SWT pada tanggal 23 November 1994 aku memulai hidup di lingkungan yang baru. Dunia menyambutku dengan senang hati, tangisanku setelah aku keluar dari perut ibuku membuat ibu, bapak, dan nenekku terharu melihat kedatanganku. Aku sangat bersyukur karena telah dilahirkan dari seorang wanita yang sangat menyayangiku dan mengasihiku dari kecil sampai sekarang. Aku juga bersyukur karena telah terlahir dari keluarga yang selalu menyayangiku dari kecil sampai sekarang.  Teringat dikala aku masih TK, aku tidak mau  sekolah, aku tidak mau pisah dari ibuku untuk sedetikpun, dari dulu aku dengan ibuku memang sudah dekat, jika ibuku mau berangkat bekerja aku selalu ditata segala kebutuhanku untuk sehari nanti, teringat tangisanku ketika ibuku hendak mau bekerja, aku meraung-raung ingin selalu digendong ibu. Nenekkulah yang merawatku disaat ibu kerja, nenekku seorang pembuat kue kering, disaat aku bermain-main, nenekku membuatkanku kue coklat yang dicetak dari kulit telur yang masih utuh bulat, nenekku tahu kalau dari dulu aku memang suka banget sama coklat dan es krim, nenekku memilihkan kulit telur yang berbentuk lonjong seperti bentuk es krim dan diisi kue coklat. Setiap hari nenekku membuatkan kue untukku, supaya aku tidak mengingat-ingat ibuku lagi. Setiap hari waktuku aku habiskan dengan nenek dan ibuku, kalau bapak tidak terlalu sering, karena dulu bapakku bekerja sebagai supir yang mengangkut barang ke luar kota dan jarang pulang. Pernah dulu aku dan kakak diajak bapak ke Surabaya, fajar-fajar kami harus bangun untuk berangkat ke Surabaya. Rasanya itu sangat menyenangkan sekali, karena setelah sekian lama kami tidak pernah diajak bapak jalan-jalan. Meskipun kebanyakan kami diasuh nenek dan kakek tapi  rasa cintaku kucurahkan untuk bapak dan ibu.
Bapak mengasuhku buat jadi anak yang selalu ingat kepada Allah SWT, meskipun bapak sangat sibuk, tapi bapak tetap menyempatkan waktunya buat mengajari aku bagaimana cara sholat dan tidak capek-capeknya bapak menyuruhku untuk sholat, begitu juga ibuku, dia selalu mengajariku berbagai hal yang tidak aku bisa sampai menjadi bisa. Selain kedua orangtua yang mengajariku berbagai hal, tapi juga nenek dan kakek, mereka selalu mengajakku ke masjid tiap waktu sholat tiba, setiap aku menjelang tidur, nenekku selalu menceritakan pelajaran-pelajaran tentang agama yang membuatku patuh sama kedua orang tua dan taat kepada Allah SWT. Cara ibu mengajariku dengan tingkah lakunya yang baik, dan itu membuat aku dan kakakku sadar bahwa kita harus meniru hal yang dilakukan ibuku. Terkadang kami masih nakal dan tidak sadar akan perlakuanku yang nakal, tidak segan-segan ibu menegorku dan mengajariku hal-hal yang baik. Dengan penuh kesabaran keluarga merawatku, dan dengan segala yang dimiliki orang tuaku, apapun keingininanku pasti mereka mengabulkan, meskipun untuk mengabulkan permintaanku itu susah, tapi bapak ibu berusaha untuk bisa meraihnya, demi melihat aku tersenyum. Disaat aku tidur, ibu bapak sering sekali menemaniku, bahkan sampai sekarangpun mereka masih menemaniku tidur, mereka melindungiku dari gigitan nyamuk, dinginnya udara dimalam hari, sampai mereka merelakan bangun tengah malam hanya untuk memastikan kalau aku tidak digigit nyamuk. Aku sangat bersyukur telah lahir dari keluarga yang sangat menyayangiku meskipun aku sudah dewasa, tapi mereka tetap memperlakukan aku seperti sejak kecil dulu. Meskipun aku pernah sebel dengan bapakku, karena kalau mau tidur dan bangun tidur selalu dicium pipiku, tapi perlakuan bapakku merupakan rasa cintanya kepada anaknya, dan perlakuan seperti itu hanya aku dapat dari bapak dan ibu. Bagiku ibu, bapak, nenek dan kakek adalah segalanya.
B.      Aku tidak mau punya adek baru
Aku mulai tidak suka disaat aku mengetahui bahwa aku akan punya adek baru, difikiranku kalau aku punya adek baru, pasti rasa sayang dari bapak, ibu, nenek, dan kakek pindah ke adek. Disaat adikku lahir, sama sekali aku tidak berada di rumah, aku pergi ke rumah nenek yang tidak jauh dari rumahku. Pada waktu itu aku dicari bapak sampai kemana-mana, aku mengajak teman-temanku main sampai sore, dan itu membuat bapak dan ibuku bingung entah kemana lagi harus mencari aku. Sejak adikku lahir aku selalu main dengan segerombolan cowok dan selalu pulang sore. Melihat aku telah berubah, bapak memarahiku dan melarangku main lagi dengan segerombolan cowok, tapi aku tetap membangkang dan tetap main, sampai sekarang kalau aku ketemu teman-temanku itu aku senyum-senyum sendiri betapa nakalnya dulu waktu aku punya adek. Ternyata punya adek baru itu tidak membuat rasa sayang bapak dan ibu luntur, mereka tetap menyayangiku seperti dulu, tapi kasih sayang yang dulu diberikan orang tuaku terbagi dua dengan adek, tapi bagiku tidak masalah, karena masih ada nenek, kakek, dan teman-temanku yang setia menemani hari-hariku. Pernah aku tidak pulang sampai larut malam gara-gara diajak mancing, bapak, ibu, nenek, semua pada bingung mencariku, sesampainya aku di rumah, bapakku marah besar, karena kelakuanku berubah menjadi cewek yang nakal dan selalu main. Aku melakukan itu karena ibuku sering menimang-nimang adek, dan membuat aku cemburu.  Dan hal yang tidak aku suka lagi, yaitu pada saat ada acara pernikahan om aku, yang digendong itu cuma adek, padahal aku juga ingin digendong, habis itu aku nangis di bawah tempat tidur, disitu semua orang bingung mencari aku, setelah aku ditemukan aku kabur ke rumah temanku yang selalu mengajakku bermain, karena saking tidak sukanya melihat adikku yang digendong. Waktu itu bapak tidak datang ke pernikahan om ku karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, misalnya ada bapak aku masih bisa degendong bapak.  Setelah pekerjaan ibuku dipindah kan ada yang kerja malam, mulai saat itu aku merasa kesepian, karena bapakku juga jarang pulang, dan aku diasuh nenek dan kakek, mulai saat itu aku kesepian, dan mulai saat itu juga aku membutuhkan seorang adek. Aku bermain-main dengan adek dan kakak, teman-temanku juga mulai suka dengan adekku, kita saling bermain dan menghabiskan waktu  buat bermain dengan adek. Mulai saat itu juga orang tuaku lega, akhirnya aku bisa menerima kedatangan adek, dan meskipun aku, kakak, dan adek sering ditinggal kerja bapak dan ibu, tapi kami tetap bahagia karena ada nenek dan kakek yang selalu menjaga kita dengan penuh kasih sayang
C.      Karakter-Karakter Keluarga Efi
Hewan mempunyai karakter yang berbeda-beda, buah juga mempunyai rasa yang berbeda-beda, begitu juga keluarga kami, mempunyai karakter yang berbeda-beda juga. Bapakku yang keras, disiplin, dan pemarah, melakukan hal yang salah sedikit dimarahi, pernah dulu aku melakukan kesalahan, tapi kesalahanku tidak terlalu besar, karena kesalahanku cuma aku pulangnya pukul 21.30, pada waktu itu aku main ke rumah temanku cowok, dulu temanku menghasutku untuk pulang nanti-nanti dulu, maklum anak cowok pulang malam tidak masalah, sampai di rumah aku tidak dubukain pintu bapak, sampai pukul 23.00, waktu itu aku menghubungi temanku cowok buat menemaniku diluar, stelah bapakku membukakan pintu, bapak tahu kalau aku lagi sama cowok, bapakku langsung marah besar dan tidak mengizinkanku untuk main lagi dengan teman-temanku. Sebenarnya itu semua salahku juga, dan aku harus memahami kalau sifat bapakku itu disiplin, keras, dan pemarah, kalau harus pulang pukul 21.00 ya harus segitu pulangnya. Setelah berhari-hari bapak merasa kasihan karena anaknya terkurung didalam rumah, akhirnya bapak mengizinkan aku main lagi dengan temen-temenku, tapi harus ingat waktu juga. Sebenarnya bapakku itu baik, cuma aku itu harus nurut dengan peraturan bapak saja. Kalau karakter ibuku itu tidak tegaan dengan anaknya, seperti anaknya dilarang main sampai terus menerus, ibu tidak tega melihat ku terkurung di rumah, dan kalau bapak lagi kerja ibu menyuruhku buat main dengan teman-teman, mumpung bapak tidak ada di rumah, ibu selalu mendukung apa yang aku kerjakan, asalkan yang aku kerjakan itu tidak mendatangkan efek negatif untuk anaknya, pokoknya ibu itu selalu ingin melihat anaknya senang dengan apa yang dikerjakan anak-anaknya. Waktu aku masih duduk di bangku SD aku selalu pulang sore, setelah aku menginjak SMP mulai saat itu mainku dibatasi bapak, bapak melihat kalau anaknya sudah besar dan tidak layak buat main seperti waktu SD lagi, pikiran ibu dan bapakku sangat jauh berbeda, kalau ibu mengizinkan aku main sepuasnya, asal tidak lupa dengan kewajibanku sebagai seorang muslim dan sebagai pelajar, beda dengan bapakku, bapak selalu menyuruhku untuk berdiam diri di rumah dan cukup bermain dengan adek dan kakak. Kalau karakter kakakku itu seperti bapak, aku disuruh di rumah main dengan adek dan kakak, dan tidak boleh lama-lama bermain diluar, sebenarnya sih tidak boleh main diluar lama-lama ada manfaatnya juga, tapi watak orang berbeda-beda. Sekarang karakter adek, adek aku itu super manja dan tidak mau apa-apa, bahkan menyapu adek tidak mau, itulah yang membuat aku dan adek sering bertengkar, di keluarga kami kan diajari untuk bisa hidup mandiri, yang sukses di didik untuk hidup mandiri hanya kakak, karna aku dan adek itu wataknya sama-sama tidak suka melakukan pekerjaan rumah, tapi ibuku tetap mengajarkan aku dan adek bagaimana cara nyapu, ngepel, dan lain-lain, kalau adek dan kakak itu boros, seperti bapak dan ibu, tapi kalau aku, alu itu orangnya hemat dan suka menyisihkan uang saku, pernah aku bisa membeli handphone dari uang saku sendiri, kakak aku sampai iri, dikira aku dibelikan handphone ibu, padahal dulu keluarga kami kalau belum SMA tidak boleh memakai handphone, berhubung uang yang buat beli handphone dari uang sendiri, ibu mengizinkan aku memakai handphone. Meskipun kakakku masih iri mellihatku memakai handphone. Tapi meskipun aku sudah memakai handphone tetap saja handphone aku dipakai kakak terus, pada waktu itu kakakku sudah mulai pacaran, dan pacarnya kakakku memakai handphone, sedangkan kakakku belum diizinkan memakai handphone, padahal kakakku sudah SMA tetap tidak diizinkan bapak memakai handphone. Setiap hari kita berebutan handphone, aku yang masih SMP handphone ku dipinjam selalu nangis dan mengadu ke ibu tetap saja handphone tidak kembali. Mulai saat itu ibu kasihan dengan kakakku, lalu ibu membelikan handphone buat kakakku, ibu itu orangnya tidak tegaan dengan anaknya, anaknya pengen ini, selagi ibu bisa membelikan dan itu tidak terlalu membuat efek negatif buat anaknya pasti ibu membelikan, karena ibu itu ingin anaknya melihat bahagia, semua orang tua menginginkan anaknya bahagia, tapi kalau ibu rela melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya.
D.     Senyum Lebar Kami
Kehangatan didalam  keluarga aku dapatkan pada waktu sore hari menjelang malam, kalau pas bapak dan ibuku lagi ada di rumah pasti kita kumpul-kumpul dan bercanda tawa. Ibu dan kakakku yang lucu, ditambah bapak yang selalu mengeluarkan kata-kata canda yang membuat sekeluarga tertawa dengan lepas dan seakan-akan tidak ada beban dalam diri kami, setiap kami kumpul bareng pasti terasa tidak mempunyai beban yang masih ditanggung, entah itu dari kerjaan bapak ataupun ibu. Disaat kita kumpul bareng-bareng kami berusaha untuk selalu tersenyum meskipun dibelakang masih ada beban yang harus ditanggung, apalagi kalau aku, kakak, dan adek ingin jalan-jalan, pasti ibu dan bapak mengusahakan bagaimana caranya supaya keinginan anaknya terpenuhi, entah bagaimana caranya pasti selalu terwujud keinginan kita untuk jalan-jalan. Meskipun kami ingin jalan-jalan, tapi aku sebagai anak pasti memikirkan keadaan, misalnya bapak dan ibu lagi belum ada uang, kami sepakat tidak jalan-jalan dulu, kita menunggu setelah bapak dan ibu ada uang lagi buat jalan-jalan. Setiap hari minggu aku pasti diajak bapak ke pasar burung beli bebek, karena bapak suka memelihara hewan-hewan, pagi-pagi aku sudah diajak bapak keliling kota Kudus, meskipun cuma diajak keliling saja itu cukup menyenangkan hatiku, setiap kami kumpul-kumpul kami tidak pernah merasakan yang namanya kesedihan, seakan yang ada hanyalah kebahagiaan jika kita kumpul. Teringat disaat ibu sakit, kami kebingungan bagaimana caranya mempersiapkan kebutuhan sehari-hari, dari masak, mencuci pakaian, menyiapkan adek sekolah, dan lain-lain. Saat itu aku, kakak, dan bapak sadar, kalau pekerjaan seorang ibu itu tidak enteng, dan kami sepakat untuk setiap hari membantu pekerjaan ibu. Dengan senang hati kami melakukan pekerjaan yang biasanya dilakukan ibu, dan kamipun membuat ibu tertawa bangga tekah memiliki keluarga yang kompak dan selalu bersama-sama disaat susah ataupun senang. Dulu waktu kami belum ada motor, setiap ibu pulang dari kerjanya aku selalu diajak bapak untuk menjemput ibu yang pulang kerja, bapak mengayun sepeda demi menjemput sang istri pulang dari kerja, aku selalu duduk di depan dan satu tangan bapakku memegang tubuhku supaya tidak jatuh dari sepeda, jika ibu sudah pulang aku selalu dibawakan oleh-oleh entah itu makanan atau apapun. Kehidupan keluarga kami dulu memang jauh dari kemewahan, tapi meskipun kami dulu jauh dari kemewahan tapi kebahagiaan yang tertanam didalam keluarga kita tidak bisa terganti dengan apapun. Karena kebahagiaan itu tidak bisa dibeli dengan uang, sebuah kebahagiaan akan tertanam jika satu keluarga tersebut saling menyeimbangi dan selalu terbuka satu sama lain. Disaat aku mengambil pengumuman SNMPTN dulu kami belum ada modem buat menyambungkan internet, aku diantar ibu ke Warnet, dan hasilnya aku tidak lolos dari SNMPTN, di Warnet aku menangis sampek orang-orang mendengar tangisanku, nangisku diluar pula, tapi disitu ibuku sama sekali tidak malu melihat anaknya yang sudah besar masih menangis, karena ibuku tulus menyayangiku, dan menenangkan hatiku supaya aku tidak kepikiran lagi dengan SNMPTN yang gagal, mungkin itu bukan rezeki aku, sesampai  di rumah aku masih tetap nangis, ibu, bapak, kakak, teman kecilku, menenangkan aku sampai aku dibelikan es krim dan coklat supaya aku berhenti menangisnya, padahal aku sudah besar ternyata hokum es krim dan coklat masih berlaku, setelah es krim dan coklat tiba, tangisanku berhenti sejenak buat makan es krim dan coklat, tapi yang aku benci lagi, pagi-pagi nenekku datang, aku malah ditanya tentang SNMPTN, waktu itu posisi aku lagi mandi, dan akhirnya aku nangis lagi di kamar mandi, dan lucunya nenekku membawakan aku es krim dan coklat, katanya sih sebagai penawar tangisku, disaat itu juga aku malah tersenyum, bukannya nangis tapi tersenyum karena lucu banget, aku sudah besar, sudah kuliah penawar nangis masih diterapkan. Memang semua orang tua mengetahui kesukaan anaknya, begitu juga ibuku, selalu memberiku semua yang aku sukai. Kedua orangtuaku memberikan aku kebahagiaan yang tidak pernah aku dapat dari orang lain, mereka selalu berusaha membuat aku tersenyum, entah bagaimanapun caranya. Kebahagiaan orang tuaku adalah ketika melihat anak-anaknya tersenyum. Untuk mendapatkan kebahagiaan itu kita tidak dengan membeli, tapi bagaimana kita dalam berperilaku didalam keluarga tersebut. Jika seseorang belum meraih sebuah kebahagiaan itu, berarti seseorang tersebut belum mengerti bagaimana mereka menjalani hidup dan bagaimana mereka mengambil sebuah keputusan. Keputusan untuk kita bahagia ataupun tidak itu berada ditangan kita masing-masing, bagaimana cara kita menjalankan sebuah peluang untuk membuat keluarga kita bahagia atau sebaliknya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar