EFI DAN SEMUA CERITANYA
A. Kasih Sayang Keluarga
Panas terik matahari menyelimuti
dunia, seiring berjalannya detak jarum jam berbunyi tepat siang hari yang panas
aku telahir di dunia, dengan izin Allah SWT pada tanggal 23 November 1994 aku
memulai hidup di lingkungan yang baru. Dunia menyambutku dengan senang hati,
tangisanku setelah aku keluar dari perut ibuku membuat ibu, bapak, dan nenekku
terharu melihat kedatanganku. Aku sangat bersyukur karena telah dilahirkan dari
seorang wanita yang sangat menyayangiku dan mengasihiku dari kecil sampai
sekarang. Aku juga bersyukur karena telah terlahir dari keluarga yang selalu
menyayangiku dari kecil sampai sekarang. Teringat dikala aku masih TK, aku tidak
mau sekolah, aku tidak mau pisah dari
ibuku untuk sedetikpun, dari dulu aku dengan ibuku memang sudah dekat, jika
ibuku mau berangkat bekerja aku selalu ditata segala kebutuhanku untuk sehari
nanti, teringat tangisanku ketika ibuku hendak mau bekerja, aku meraung-raung
ingin selalu digendong ibu. Nenekkulah yang merawatku disaat ibu kerja, nenekku
seorang pembuat kue kering, disaat aku bermain-main, nenekku membuatkanku kue
coklat yang dicetak dari kulit telur yang masih utuh bulat, nenekku tahu kalau
dari dulu aku memang suka banget sama coklat dan es krim, nenekku memilihkan
kulit telur yang berbentuk lonjong seperti bentuk es krim dan diisi kue coklat.
Setiap hari nenekku membuatkan kue untukku, supaya aku tidak mengingat-ingat
ibuku lagi. Setiap hari waktuku aku habiskan dengan nenek dan ibuku, kalau
bapak tidak terlalu sering, karena dulu bapakku bekerja sebagai supir yang
mengangkut barang ke luar kota dan jarang pulang. Pernah dulu aku dan kakak
diajak bapak ke Surabaya, fajar-fajar kami harus bangun untuk berangkat ke
Surabaya. Rasanya itu sangat menyenangkan sekali, karena setelah sekian lama
kami tidak pernah diajak bapak jalan-jalan. Meskipun kebanyakan kami diasuh
nenek dan kakek tapi rasa cintaku
kucurahkan untuk bapak dan ibu.
Bapak mengasuhku buat jadi anak yang
selalu ingat kepada Allah SWT, meskipun bapak sangat sibuk, tapi bapak tetap
menyempatkan waktunya buat mengajari aku bagaimana cara sholat dan tidak
capek-capeknya bapak menyuruhku untuk sholat, begitu juga ibuku, dia selalu
mengajariku berbagai hal yang tidak aku bisa sampai menjadi bisa. Selain kedua
orangtua yang mengajariku berbagai hal, tapi juga nenek dan kakek, mereka
selalu mengajakku ke masjid tiap waktu sholat tiba, setiap aku menjelang tidur,
nenekku selalu menceritakan pelajaran-pelajaran tentang agama yang membuatku
patuh sama kedua orang tua dan taat kepada Allah SWT. Cara ibu mengajariku
dengan tingkah lakunya yang baik, dan itu membuat aku dan kakakku sadar bahwa
kita harus meniru hal yang dilakukan ibuku. Terkadang kami masih nakal dan
tidak sadar akan perlakuanku yang nakal, tidak segan-segan ibu menegorku dan
mengajariku hal-hal yang baik. Dengan penuh kesabaran keluarga merawatku, dan
dengan segala yang dimiliki orang tuaku, apapun keingininanku pasti mereka
mengabulkan, meskipun untuk mengabulkan permintaanku itu susah, tapi bapak ibu
berusaha untuk bisa meraihnya, demi melihat aku tersenyum. Disaat aku tidur,
ibu bapak sering sekali menemaniku, bahkan sampai sekarangpun mereka masih
menemaniku tidur, mereka melindungiku dari gigitan nyamuk, dinginnya udara
dimalam hari, sampai mereka merelakan bangun tengah malam hanya untuk
memastikan kalau aku tidak digigit nyamuk. Aku sangat bersyukur telah lahir
dari keluarga yang sangat menyayangiku meskipun aku sudah dewasa, tapi mereka
tetap memperlakukan aku seperti sejak kecil dulu. Meskipun aku pernah sebel
dengan bapakku, karena kalau mau tidur dan bangun tidur selalu dicium pipiku,
tapi perlakuan bapakku merupakan rasa cintanya kepada anaknya, dan perlakuan
seperti itu hanya aku dapat dari bapak dan ibu. Bagiku ibu, bapak, nenek dan kakek
adalah segalanya.
B. Aku tidak mau punya adek baru
Aku mulai tidak suka disaat aku
mengetahui bahwa aku akan punya adek baru, difikiranku kalau aku punya adek
baru, pasti rasa sayang dari bapak, ibu, nenek, dan kakek pindah ke adek.
Disaat adikku lahir, sama sekali aku tidak berada di rumah, aku pergi ke rumah
nenek yang tidak jauh dari rumahku. Pada waktu itu aku dicari bapak sampai
kemana-mana, aku mengajak teman-temanku main sampai sore, dan itu membuat bapak
dan ibuku bingung entah kemana lagi harus mencari aku. Sejak adikku lahir aku
selalu main dengan segerombolan cowok dan selalu pulang sore. Melihat aku telah
berubah, bapak memarahiku dan melarangku main lagi dengan segerombolan cowok,
tapi aku tetap membangkang dan tetap main, sampai sekarang kalau aku ketemu
teman-temanku itu aku senyum-senyum sendiri betapa nakalnya dulu waktu aku
punya adek. Ternyata punya adek baru itu tidak membuat rasa sayang bapak dan
ibu luntur, mereka tetap menyayangiku seperti dulu, tapi kasih sayang yang dulu
diberikan orang tuaku terbagi dua dengan adek, tapi bagiku tidak masalah,
karena masih ada nenek, kakek, dan teman-temanku yang setia menemani
hari-hariku. Pernah aku tidak pulang sampai larut malam gara-gara diajak
mancing, bapak, ibu, nenek, semua pada bingung mencariku, sesampainya aku di
rumah, bapakku marah besar, karena kelakuanku berubah menjadi cewek yang nakal
dan selalu main. Aku melakukan itu karena ibuku sering menimang-nimang adek,
dan membuat aku cemburu. Dan hal yang
tidak aku suka lagi, yaitu pada saat ada acara pernikahan om aku, yang
digendong itu cuma adek, padahal aku juga ingin digendong, habis itu aku nangis
di bawah tempat tidur, disitu semua orang bingung mencari aku, setelah aku
ditemukan aku kabur ke rumah temanku yang selalu mengajakku bermain, karena
saking tidak sukanya melihat adikku yang digendong. Waktu itu bapak tidak
datang ke pernikahan om ku karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan,
misalnya ada bapak aku masih bisa degendong bapak. Setelah pekerjaan ibuku dipindah kan ada yang
kerja malam, mulai saat itu aku merasa kesepian, karena bapakku juga jarang
pulang, dan aku diasuh nenek dan kakek, mulai saat itu aku kesepian, dan mulai
saat itu juga aku membutuhkan seorang adek. Aku bermain-main dengan adek dan
kakak, teman-temanku juga mulai suka dengan adekku, kita saling bermain dan
menghabiskan waktu buat bermain dengan
adek. Mulai saat itu juga orang tuaku lega, akhirnya aku bisa menerima
kedatangan adek, dan meskipun aku, kakak, dan adek sering ditinggal kerja bapak
dan ibu, tapi kami tetap bahagia karena ada nenek dan kakek yang selalu menjaga
kita dengan penuh kasih sayang
C. Karakter-Karakter Keluarga Efi
Hewan mempunyai karakter yang
berbeda-beda, buah juga mempunyai rasa yang berbeda-beda, begitu juga keluarga
kami, mempunyai karakter yang berbeda-beda juga. Bapakku yang keras, disiplin,
dan pemarah, melakukan hal yang salah sedikit dimarahi, pernah dulu aku melakukan
kesalahan, tapi kesalahanku tidak terlalu besar, karena kesalahanku cuma aku
pulangnya pukul 21.30, pada waktu itu aku main ke rumah temanku cowok, dulu
temanku menghasutku untuk pulang nanti-nanti dulu, maklum anak cowok pulang
malam tidak masalah, sampai di rumah aku tidak dubukain pintu bapak, sampai
pukul 23.00, waktu itu aku menghubungi temanku cowok buat menemaniku diluar,
stelah bapakku membukakan pintu, bapak tahu kalau aku lagi sama cowok, bapakku
langsung marah besar dan tidak mengizinkanku untuk main lagi dengan
teman-temanku. Sebenarnya itu semua salahku juga, dan aku harus memahami kalau
sifat bapakku itu disiplin, keras, dan pemarah, kalau harus pulang pukul 21.00
ya harus segitu pulangnya. Setelah berhari-hari bapak merasa kasihan karena
anaknya terkurung didalam rumah, akhirnya bapak mengizinkan aku main lagi
dengan temen-temenku, tapi harus ingat waktu juga. Sebenarnya bapakku itu baik,
cuma aku itu harus nurut dengan peraturan bapak saja. Kalau karakter ibuku itu
tidak tegaan dengan anaknya, seperti anaknya dilarang main sampai terus
menerus, ibu tidak tega melihat ku terkurung di rumah, dan kalau bapak lagi
kerja ibu menyuruhku buat main dengan teman-teman, mumpung bapak tidak ada di
rumah, ibu selalu mendukung apa yang aku kerjakan, asalkan yang aku kerjakan
itu tidak mendatangkan efek negatif untuk anaknya, pokoknya ibu itu selalu
ingin melihat anaknya senang dengan apa yang dikerjakan anak-anaknya. Waktu aku
masih duduk di bangku SD aku selalu pulang sore, setelah aku menginjak SMP
mulai saat itu mainku dibatasi bapak, bapak melihat kalau anaknya sudah besar
dan tidak layak buat main seperti waktu SD lagi, pikiran ibu dan bapakku sangat
jauh berbeda, kalau ibu mengizinkan aku main sepuasnya, asal tidak lupa dengan
kewajibanku sebagai seorang muslim dan sebagai pelajar, beda dengan bapakku,
bapak selalu menyuruhku untuk berdiam diri di rumah dan cukup bermain dengan
adek dan kakak. Kalau karakter kakakku itu seperti bapak, aku disuruh di rumah
main dengan adek dan kakak, dan tidak boleh lama-lama bermain diluar,
sebenarnya sih tidak boleh main diluar lama-lama ada manfaatnya juga, tapi
watak orang berbeda-beda. Sekarang karakter adek, adek aku itu super manja dan
tidak mau apa-apa, bahkan menyapu adek tidak mau, itulah yang membuat aku dan
adek sering bertengkar, di keluarga kami kan diajari untuk bisa hidup mandiri,
yang sukses di didik untuk hidup mandiri hanya kakak, karna aku dan adek itu
wataknya sama-sama tidak suka melakukan pekerjaan rumah, tapi ibuku tetap
mengajarkan aku dan adek bagaimana cara nyapu, ngepel, dan lain-lain, kalau
adek dan kakak itu boros, seperti bapak dan ibu, tapi kalau aku, alu itu
orangnya hemat dan suka menyisihkan uang saku, pernah aku bisa membeli
handphone dari uang saku sendiri, kakak aku sampai iri, dikira aku dibelikan
handphone ibu, padahal dulu keluarga kami kalau belum SMA tidak boleh memakai
handphone, berhubung uang yang buat beli handphone dari uang sendiri, ibu
mengizinkan aku memakai handphone. Meskipun kakakku masih iri mellihatku
memakai handphone. Tapi meskipun aku sudah memakai handphone tetap saja
handphone aku dipakai kakak terus, pada waktu itu kakakku sudah mulai pacaran,
dan pacarnya kakakku memakai handphone, sedangkan kakakku belum diizinkan
memakai handphone, padahal kakakku sudah SMA tetap tidak diizinkan bapak
memakai handphone. Setiap hari kita berebutan handphone, aku yang masih SMP
handphone ku dipinjam selalu nangis dan mengadu ke ibu tetap saja handphone
tidak kembali. Mulai saat itu ibu kasihan dengan kakakku, lalu ibu membelikan
handphone buat kakakku, ibu itu orangnya tidak tegaan dengan anaknya, anaknya
pengen ini, selagi ibu bisa membelikan dan itu tidak terlalu membuat efek
negatif buat anaknya pasti ibu membelikan, karena ibu itu ingin anaknya melihat
bahagia, semua orang tua menginginkan anaknya bahagia, tapi kalau ibu rela
melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya.
D. Senyum Lebar Kami
Kehangatan didalam keluarga aku dapatkan pada waktu sore hari
menjelang malam, kalau pas bapak dan ibuku lagi ada di rumah pasti kita
kumpul-kumpul dan bercanda tawa. Ibu dan kakakku yang lucu, ditambah bapak yang
selalu mengeluarkan kata-kata canda yang membuat sekeluarga tertawa dengan
lepas dan seakan-akan tidak ada beban dalam diri kami, setiap kami kumpul
bareng pasti terasa tidak mempunyai beban yang masih ditanggung, entah itu dari
kerjaan bapak ataupun ibu. Disaat kita kumpul bareng-bareng kami berusaha untuk
selalu tersenyum meskipun dibelakang masih ada beban yang harus ditanggung, apalagi
kalau aku, kakak, dan adek ingin jalan-jalan, pasti ibu dan bapak mengusahakan
bagaimana caranya supaya keinginan anaknya terpenuhi, entah bagaimana caranya
pasti selalu terwujud keinginan kita untuk jalan-jalan. Meskipun kami ingin
jalan-jalan, tapi aku sebagai anak pasti memikirkan keadaan, misalnya bapak dan
ibu lagi belum ada uang, kami sepakat tidak jalan-jalan dulu, kita menunggu
setelah bapak dan ibu ada uang lagi buat jalan-jalan. Setiap hari minggu aku
pasti diajak bapak ke pasar burung beli bebek, karena bapak suka memelihara
hewan-hewan, pagi-pagi aku sudah diajak bapak keliling kota Kudus, meskipun
cuma diajak keliling saja itu cukup menyenangkan hatiku, setiap kami
kumpul-kumpul kami tidak pernah merasakan yang namanya kesedihan, seakan yang
ada hanyalah kebahagiaan jika kita kumpul. Teringat disaat ibu sakit, kami
kebingungan bagaimana caranya mempersiapkan kebutuhan sehari-hari, dari masak,
mencuci pakaian, menyiapkan adek sekolah, dan lain-lain. Saat itu aku, kakak,
dan bapak sadar, kalau pekerjaan seorang ibu itu tidak enteng, dan kami sepakat
untuk setiap hari membantu pekerjaan ibu. Dengan senang hati kami melakukan
pekerjaan yang biasanya dilakukan ibu, dan kamipun membuat ibu tertawa bangga
tekah memiliki keluarga yang kompak dan selalu bersama-sama disaat susah ataupun
senang. Dulu waktu kami belum ada motor, setiap ibu pulang dari kerjanya aku
selalu diajak bapak untuk menjemput ibu yang pulang kerja, bapak mengayun
sepeda demi menjemput sang istri pulang dari kerja, aku selalu duduk di depan
dan satu tangan bapakku memegang tubuhku supaya tidak jatuh dari sepeda, jika
ibu sudah pulang aku selalu dibawakan oleh-oleh entah itu makanan atau apapun.
Kehidupan keluarga kami dulu memang jauh dari kemewahan, tapi meskipun kami
dulu jauh dari kemewahan tapi kebahagiaan yang tertanam didalam keluarga kita
tidak bisa terganti dengan apapun. Karena kebahagiaan itu tidak bisa dibeli
dengan uang, sebuah kebahagiaan akan tertanam jika satu keluarga tersebut
saling menyeimbangi dan selalu terbuka satu sama lain. Disaat aku mengambil
pengumuman SNMPTN dulu kami belum ada modem buat menyambungkan internet, aku
diantar ibu ke Warnet, dan hasilnya aku tidak lolos dari SNMPTN, di Warnet aku
menangis sampek orang-orang mendengar tangisanku, nangisku diluar pula, tapi
disitu ibuku sama sekali tidak malu melihat anaknya yang sudah besar masih
menangis, karena ibuku tulus menyayangiku, dan menenangkan hatiku supaya aku
tidak kepikiran lagi dengan SNMPTN yang gagal, mungkin itu bukan rezeki aku,
sesampai di rumah aku masih tetap
nangis, ibu, bapak, kakak, teman kecilku, menenangkan aku sampai aku dibelikan
es krim dan coklat supaya aku berhenti menangisnya, padahal aku sudah besar
ternyata hokum es krim dan coklat masih berlaku, setelah es krim dan coklat
tiba, tangisanku berhenti sejenak buat makan es krim dan coklat, tapi yang aku
benci lagi, pagi-pagi nenekku datang, aku malah ditanya tentang SNMPTN, waktu
itu posisi aku lagi mandi, dan akhirnya aku nangis lagi di kamar mandi, dan
lucunya nenekku membawakan aku es krim dan coklat, katanya sih sebagai penawar
tangisku, disaat itu juga aku malah tersenyum, bukannya nangis tapi tersenyum
karena lucu banget, aku sudah besar, sudah kuliah penawar nangis masih
diterapkan. Memang semua orang tua mengetahui kesukaan anaknya, begitu juga
ibuku, selalu memberiku semua yang aku sukai. Kedua orangtuaku memberikan aku
kebahagiaan yang tidak pernah aku dapat dari orang lain, mereka selalu berusaha
membuat aku tersenyum, entah bagaimanapun caranya. Kebahagiaan orang tuaku
adalah ketika melihat anak-anaknya tersenyum. Untuk mendapatkan kebahagiaan itu
kita tidak dengan membeli, tapi bagaimana kita dalam berperilaku didalam
keluarga tersebut. Jika seseorang belum meraih sebuah kebahagiaan itu, berarti
seseorang tersebut belum mengerti bagaimana mereka menjalani hidup dan
bagaimana mereka mengambil sebuah keputusan. Keputusan untuk kita bahagia
ataupun tidak itu berada ditangan kita masing-masing, bagaimana cara kita
menjalankan sebuah peluang untuk membuat keluarga kita bahagia atau sebaliknya.